Indonesia:Palestina adalah kebaikan yang tidak akan terlupakan

Oleh: Jufri Hardianto Zulfan, S.H.,M.H.,
Direktr Riset Kawah Novelti Indonesia, Pengamat politik dan Hukum

Kalimat awal diskusi ini dimulai dengan ungkapan Bung Karno atau Ir. Soekarno Presiden pertama Indonesia yang menyatakan, “Selama kemerdekaan Bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah Bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel”. Kata Bung Karno dalam pidatonya tahun 1963. Bung Karno dengan bangga sebagai Presiden menjelaskan posisi Indonesia terhadap negara Palestina denga pernyataan mendukung total dan seutuhnya.
Media nasional Republika menuliskan, seperti yang diuraikan oleh Greg Barton dan Colin Rubenstiein menyatakan bahwa ejak orde lama, Indonesia telah memiliki ketegasan untuk menolak hubungan diplomasi dengan Israel. Soekarno mengadopsi kebijakan anti Israel yang kuar sebagai bagian dari pandangan anti- colonial. Hubungan negara Indonesia dan Israel semakin tidak bersahabat pada November 1953 Indonesia menghentikan pemberian visa masuk bagi warga negara Israel. Awalnya hanya untuk orang-orang dengan paspor diplomatik, tapi kemudian berlaku untuk semua warga Israel.
Soekarno juga menolak keikutsertaan Israel dalam Konferensi Asia-Afrika yang digelar di Bandung , April 1955. Bahkan, mampu meyakinkan pemerintah Myammar, India, dan Sri Lanka yang awalnya mendukung keikutsertaan Israel itu. sebaliknya KAA 1955 itu dihadiri pejuang negara Palestina, Yasser Arafat.
Sikap monumental pun ditunjukkan oleh tim nasional Indonesia. pada 1957, Timnas Indonesia tinggal selangkah lagi lolos penyisihan zona Asia untu lolos piala dunia 1958 di Swedia. Namun, Timnas memilih tidak tampil di Piala Dunia ketimbang bermain satu lapangan dengan Israel. Tidak hanya Indonesia, sejumlah negara lain yang diberi kesempatan oleh FIFA untuk menggantikan Indonesia juga menolak. Pada 1962, keikutsertaan Israel dalam Asian Games 1962 di Jakarta juga ditolak dengan lantang oleh Soekarno.   
Begitulah Presiden pertama Indonesia itu memposisikan negaranya dengan jelas begitu memihak dengan negara Palestina. Pepatah mengatakan orang yang baik akan mendapat kebaikan dan orang yang jahat tentu juga akana mendapatkan kejahatan dari apa yang ia lakukan. 
Jika kita cek dokumen-dokumen sejarah, kita akan temukan fakta sejarah yang menakjubkan, negara Palestina sudah mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1944, bahkan sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya. Kebaikan yang sangat amat penting bagi dunia ketika itu hingga hari ini untuk Indonesia tentang pengakuan dimata Internasional, dalam ilmu hukum tata negara dan hukum internasional, pengakuan suatu negara terhadap eksistensi suatu negara lain menjadi salah satu bukti berdaulatnya negara tersebut hingga dianggap sejajar dengan negara lain dan diakui keberadaanya sebagai negara yang merdeka. Sejak saat itu, hubungan Indonesia dan negara Palestina terus erat dan saling memberikan dukungan dalama berbagai sisi. bahkan Indonesia seolah-olah menjadi agen yang dengan tulus mengampanyekan dukungan untuk negara Palestina baik itu di OKI (kerja sama Islam internasional) serta juga di PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).`
Mengutip dari buku dengan judul Diplomasi Revolusi Indonesia di luar Negeri karya M. Zein Hassan menyatakan, negara Palestina mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1944. Saat itu mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al- Husaini dan seorang saudagar kaya raya Palestina, Muhammad Ali Taher menyiarkan dukungan rakyat Palestina untuk kemerdekaan Indonesia melalui siaran radio dan media berbahasa Arab pada 6 September 1944. Berita tersebut disebarkan selama dua hari tampa henti keseluruh penjuru dunia.  bahkan, sudagar kaya asal negara Palestina tersebut yaitu Ali Taher rela mengeluarkan kekayaannya untuk kemerdekaan Indonesia. Dengan menyatakan. Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”, katanya kepada Zein Hassan saat awal terjadinya Agresi Belanda II di Indonesia, sekitar tahun 1948. Pada 22 Maret 1946, negara Mesri mengakui kedaulatan negara Indonesia, namun pengakuan ini tak lepas dari peran para tokoh negara Palestina dan Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Mohamed Zein Hassan. 
Indonesia yang merasakan pahitnya penjajahan selama bertahun-tahun hingga berabad-abad telah menjadi negara merdeka dan mandiri dari penjajahan serta menempatkan diri sebagai inspirasi anti penjajahan di dunia. Dalam Pembukaan Konstitusi atau Undang-Undang Dasar 1945, dinyatakan:
“ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Kemudian dilanjutkan dalam alinea ke empat dari isi Konstitusi tersebut menyatakan:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,  serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.    
Hubungan Indonesia dan Palestina secara politis, diplomatic dan urusan internasional sejak awak Indonesia merdeka sangat akrab dan dekat. Dua negara yang saling support terkait dengan kemerdekaan dan keadaan sosial lainnya. Berdasarkan pembukaan Konstitusi Indonesia tersebut menjelaskan kepada kita bahwa negara Indonesia tidak kosong dari nilai-nilai kemerdekaan. Bangsa dan negara ini diperintahkan oleh konstitusi untuk terlibat aktif dalam “melaksanakan ketertiban dunia”.

Komentar

Postingan Populer